Kau Adalah Ratu di Istanamu

Ditulis Oleh: Ryda   
Sunday, 28 January 2007
Saudariku Muslimah, ini adalah beberapa wasiat yang khusus diperuntukkan bagi seorang istri, saya berharap kepada Allah subhanahu wa ta’ala semoga wasiat ini bermanfaat dan menjadikan kita termasuk orang yang mendengarkan dan mengikuti dengan sebaik-baiknya.Sesungguhnya diantara yang paling penting untuk diingat oleh seorang istri adalah berpegang teguh terhadap hukum-hukum syar’i dan bertakwa kepada Allah Ta’ala dalam pergaulan dengan suaminya dan orang-orang sekitarnya. Hal itu mencakup seluruh kebaikan dan merealisasikan kebahagiaan yang sempurna.

Rumahmu Istanamu

Wahai saudariku Muslimah, berupayalah supaya suamimu mendapatkan rumahmu sebagai taman yang tenang dalam kebersihan dan ketertiban, karena rumahmu adalah istanamu yang menunggu penataanmu dan sentuhanmu. Sedangkan kebersihan dan ketertiban akan membuat perkakas yang murah dan perabot yang sederhana menjadi sesuatu yang mewah, maka bagaimana jika perkakas itu berharga?

Dan ingatlah wahai saudariku Muslimah, bahwa hati-hati yang dilalui seorang laki-laki penuh dengan pekerjaan yang sulit yang membuat susah dan bosan, maka hindarilah apa-apa yang tidak menyenangkannya berupa barang-barang yang kotor, pakaian yang berserakan, bau tak sedap karena kebersihan itu sebagian dari iman bahkan separuh dari keimanan, sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kesucian itu separuh dari iman.”1

Manajemen Waktu

Hendaklah engkau mengatur waktumu karena pengaturan itu sebagai tiang dari kehidupan yang bahagia. Sesungguhnya jika engkau mengkhususkan waktu untuk setiap pekerjaanmu maka tidak akan menyusahkanmu dan engkau tidak akan merasa jemu. Pelayanan seorang wanita di rumahnya adalah pekerjaan mulia dan menyenangkan begitupun para wanita Salafusshalih semisal Fathimah radhiallahu ‘anha, Asma binti Abu Bakar radhiallahu ‘ahuma dan sebagainya.

Hindari segala yang menyia-nyiakan waktu, seperti membaca majalah-majalah porno, gambar-gambar nudis, pemikiran-pemikiran yang berbahaya, buku-buku sesat, atau novel-novel yang tak bermoral. Bacalah yang bermanfaat seperti majalah-majalah Islami, buku-buku berguna, jurnal-jurnal dan makalah-makalah yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Makanan dan Pakaian

Berupayalah untuk menggapai apa yang diridhainya di ruang makan dan apa yang kelihatan bersih dan rapi dalam pakaiannya, maka kenalilah makanan yang disukainya dan hidangkanlah. Dan hendaklah engkau menyiapkannya di awal waktu sehingga ketika suamimu datang, makananpun sudah siap saji. Karena terlambat dalam hal ini barangkali akan mengganggunya dan merusak pekerjaannya dan jadwal janji-janjinya. Hendaklah engkau perhatikan pakaian yang biasa dipakai di depan orang banyak.

Senyum Manis

Berikan dia senyuman manis pada setiap bertemu apalagi di kala dia pulang dari pekerjaan yang membebaninya karena sesungguhnya senyumanmu akan menambah rasa cantikmu dan jalan kebahagiaan yang berpadu.

Hendaklah engkau menjaga penampilanmu, kecantikan fisik, wewangian dalam rumah, kerapian tempat tinggal, dan akhlak yang mulia yang engkau kenakan untuk menemui suamimu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, kerabat dekatmu, dan teman-teman perempuanmu. Jangan lupa menebarkan senyum yang ikhlas serta kelapangan dada.

Ketika engkau tersenyum di hadapan mereka, maka engkau sedang memberikan kepada mereka kehidupan yang indah, optimisme dan kabar gembira yang mereka harapkan. Sebaliknya, jika engkau bertemu dengan mereka dengan wajah yang angker, maka engkau telah menyiksa mereka. Relakah engkau menjadi biang kesedihan orang lain?

Taat dengan Batasan

Engkau harus rendah hati dengan senantiasa bersikap menerima, selalu mendengarkan dan taat kepada suamimu. Taatilah pada perkara yang bukan perbuatan maksiat karena taat dalam hal kebaikan adalah wajib atas istri. Allah Ta’ala telah membalasnya dengan Surga, sebagaimana sabda Rasul shallalllahu ‘alaihi wa sallam,

Apabila wanita shalat lima waktu, menjaga kehormatannya, mentaati suaminya maka dia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang ia mau.

Sedangkan taat dalam Islam bukanlah taat yang buta, tapi taat dalam batasan-batasan kebaikan, maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat terhadap Allah Ta’ala. Sesungguhnya hal itu adalah ketaatan yang dibatasi oleh hukum syar’i dan batasan kemampuan, karena Allah Ta’ala tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya.

Sesungguhnya ketaatan kepada suamimu menjadi pahala dari Allah Ta’ala dan menguatkan tali cinta di antara kalian berdua dan melekatkan kasih sayang untuk merealisasikan keridhaan suami dan membantumu supaya anak-anakmu pun mentaatimu. Karena sesungguhnya istri yang durhaka yang membangkang kepada suaminya atas apa yang diperintahkannya dan anak-anak melihat hal itu, maka mereka tumbuh untuk membangkang semua perintah.

Maka hindarilah olehmu wahai saudariku muslimah seperti para wanita yang gemar berselisih dengan suaminya, mereka itu berada dalam murka Allah Ta’ala, mereka menjerumuskan kehidupannya kepada kebinasaan serta para bidadari mendoakan kejelekan kepada mereka.

Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya kecuali Istrinya dari Bidadari berkata,

Janganlah engkau menyakitinya, semoga Allah Ta’ala membinasakanmu karena sesungguhnya dia adalah tamu bagimu yang hampir saja meninggalkanmu kepada kami.2

Tamak vs Iffah

Janganlah engkau menampakkan sifat tamak pada hartanya, berusahalah untuk iffah (menjaga diri dari hal-hal yang tidak halal) jika dia memberimu karena hal itu akan mengangkat derajatmu dalam dirinya. Janganlah engkau banyak tuntutan yang melebihi kapasitas kemampuannya karena hal itu akan menyulitkannya dan membebaninya karena dia tidak mampu memenuhi tuntutan yang berat untuk menampakkan di depanmu seperti laki-laki yang tak berdaya yang tidak mampu melaksanakan apa yang kau tuntut.

Wanita beriman yang shalihah tidak akan membebani suaminya dengan berbagai permintaan. Ia bersikap menerima apa yang sudah diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya. Ia selalu meneladani kehidupan keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pernah diriwayatkan oleh Urwah radhiallahu ‘anhu, dari bibinya,

‘Aisyah radhiallahu ‘anha suatu ketika berkata,

Demi Allah wahai saudara perempuanku, jika kita ingin melihat bulan sabit, bulan sabit dan bulan sabit. Tiga bulan sabit kita bersusah payah dua bulan, dan tungku tidak pernah menyala di rumah-rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Aku bertanya, “Wahai bibiku, bagaimana ia memberimu penghidupan?” Ia berkata,

(Ia memberiku) dua (makanan) yang hitam: kurma dan air. Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki tetangga dari kaum Anshar yang memiliki kambing perah. Mereka mengirim kepada beliau susunya. Susu inilah yang kami minum.

Bantulah Dia

Tetapkanlah dari awal perkawinanmu untuk menjadi penolong pada segala permasalahan. Bantulah dengan pikiran, kesabaran dan pengaturan yang baik. Ikutsertalah pada banyak hal dalam kehidupannya. Hal itu akan menambah tempatmu di hatinya. Ketenangan, rasa aman, rela dan bahagia akan meringankan berbagai rasa sakit dan menolong dari kesulitan. Sesungguhnya ketika kamu menampakkan keras hati di depannya rasa sakitpun semakin jadi. Sesungguhnya hal demikian itu sama halnya engkau menggali kuburan untuk kebahagiaanmu.

Dia dan Keluarganya

Hormatilah suamimu dan keluarganya dari lubuk hatimu yang paling dalam dengan jujur dan ikhlas dan ketahuilah bahwa rasa cintanya kepada keluarganya lebih besar dari pada keluargamu sebagaimana kamu pun lebih besar rasa cintamu kepada keluargamu dari pada keluarganya. Maka hindarilah olehmu mencela keluarganya karena hal itu akan mengundang antipati kepadamu.

Jangan Ada Dusta

Berusahalah untuk jujur bersama dia dan yang lainnya karena jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke Surga. Jelaskanlah dengan benar urusan-urusanmu seluruhnya. Mungkin saja kedustaan dapat “menyelamatkanmu” dalam satu perkara akan tetapi tidak akan “menyelamatkanmu” pada perkara yang lain.

Maka apabila tertoreh di hatinya bahwa kamu seorang pembohong tidak akan dipercaya dalam suatu perkara dan di antara perkara yang paling sulit pada manusia, hidup bersama orang yang tidak dipercayai(nya). Sesungguhnya dusta, wahai saudariku muslimah, (akan) mencabut kepercayaan kepadamu di hatinya.

Sesungguhnya dusta itu menjadi alasan untuknya untuk berbuat makar serta menjadi sebab ketidaksenangan di antara pasutri dan menjadi sebab rusaknya anak-anak di rumah dan merupakan dosa yang akan menuntun pelakunya ke Neraka sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Sesungguhnya dusta itu menunjukkan kedurhakaan dan kedurhakaan itu mengantarkan ke Neraka.3

Manis di Bibir

Wahai saudariku muslimah, janganlah engkau meninggalkan kata-kata manis yang kau ucapkan kepada suamimu karena begitu hebat kata-kata manis itu, terutama tatkala suami sedang merasakan kepenatan. Dengan jujur dari hatimu, kata-kata manis yang baik hendaklah memperhatikan perkara-perkara berikut: janganlah engkau banyak mengeluh di depannya, janganlah kalian saling mencela terus dalam urusan yang tidak baik, janganlah engkau menampakkan yang telah engkau perbuat kepada keluarganya dan anak-anaknya karena hal itu kadang-kadang membuat keruh keharmonisan hubungan kalian berdua.

Demikianlah beberapa nasihat yang jika engkau mau mengaplikasikannya dalam kehidupan rumah tanggamu dan engkau selalu komitmen menjaganya dan menyesal jika tidak mampu mengerjakannya, niscaya engkau akan menjadi ratu di istanamu yang istanamu itu tidak lain adalah rumahmu sendiri.

Sumber: Rasail Ahlis Sunnah edisi 15 dan sumber lainnya.

Kiat Sederhana Mengurangi Stress

Memandang bulan.
Itulah kiat yang kutemukan saat masih kuliah dulu.
Saat tugas menumpuk, kejenuhan melanda, merasa gamang, haus cinta,
dan pencarian makna hidup menjadi beban tersendiri.

Memandang bulan.

Dan itu masih juga aku lakukan saat ini. Ketika pekerjaan menumpuk, bisnis macet, kesal dengan mitra kerja, bosan dengan rutinitas kerja. Saat-saat diri kehausan spirit, saat-saat jiwa kekeringan semangat, saat-saat putus asa membayang di pelupuk mata.

Memandang bulan.

Itulah kiat sederhana mengurangi beban hati.
Kupandang bulan. Kuhayati kekosongan biru gelap di kanan-kirinya. Kuhayati jarak yang jauh antara diriku dan bulan nan jauh di sana. Lalu kurasakan betapa luasnya alam semesta. Kubayangkan Mars, Jupiter, Saturnus, dan planet lainnya. Kubayangkan ruang yang lebih luas, dan lebih luas lagi. Berapa luaskah alam semesta ini?

Lalu kupandang kembali bulan. Kubayangkan diriku memandang bumi dari sana, dari bulan. Kubayangkan bumi yang tampak biru dari luar angkasa. Kulihat di sana ada benua Amerika, Eropa, Afrika, Asia, lalu Asia Tenggara. Kulihat kepulauan Indonesia, kulihat Kalimantan, kulihat Sulawesi, Sumatra, lalu Jawa. Kulihat Jawa Barat, kulihat Jakarta, Purwakarta, lalu Bandung , lalu rumahku, lalu diriku sendiri. Kecil. Sedang menatap bulan. Seorang manusia yang sangat-sangat kecil sedang menatap bulan. Aku, hanya sepersejuta debu alam semesta.

Alangkah luasnya alam semesta ini. Alangkah kecil manusia, alangkah kecil segala masalah yang sedang dihadapinya.

* Lalu ketenangan menyelimuti hatiku. Aku tahu, aku tidak sendiri. Ada Tuhan sedang melihatku. Semua suka dukaku, semua masalah berat yang kini sedang kuhadapi, tak lepas dari ketentuan takdir Nya. Tugas manusia menyempurnakan ikhtiar, kembali kepada Tuhan lah akhir semua ketentuan. Tiba-tiba hatiku menjadi ringan. *
Cool Cool

www.myquran.org
taken from : www.sepia.blogsome.com

BIARKAN MENGALUN SENDU

Bergerak diriku, melintasi waktu
Setiap degup jantungku, beriring berpacu
Menghela nafasku, akhiri jedaku
Entah apa rasaku, mungkinkah lelahku

Tlah kusadari jiwa ini sungguh terlalu
Apa yang telah kutemu, kan hilang berlalu
Mengapa tak kupahami semenjak dahulu
Luruhlah, pupuslah di buaian pilu

Ada yang mengusikku, hampiri benakku
Seakan mengajakku, rajut lembaran baru
Gundah gulanaku, masih perih dan biru
Kemana ku mengadu, tuk sembuhkan lukaku

Namun perlahan sesuatu penuhi dadaku
Rangsangkan jemariku, tuk buka kalam-Mu
Apakah ini artinya ku didera rindu
Biarkan biarkan mengalun sendu

Bening basah di pipiku, tak hiraukan bibirku
Teruskanlah melagu, mengantarkan syahdu
Jernihkan suaraku, resapkan di kalbu
Biarkan biarkan  mengalun sendu

Biarkan biarkan mengalun sendu?.
Biarkanlah ayat-Mu mengalun sendu??..

a2n-2005
(Dear Alloh, Most High, Most Great, Most Kind, Most Merciful, Would you please be so kind to as keep on guiding me through this true guidance, The Holy Quran…..)

Oleh : tary_a2nhasanah

www.myquran.org

Sampai Kapan Kelalaian Ini Berakhir?

 

 

Sampai Kapan Kelalaian Ini Berakhir?* 

 

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling. (Al Anbiyaa’: 1) 

Siapa saja yang memperhatikan keadaan manusia sekarang ini, niscaya akan menemukan kesamaan keadaan mereka dengan ayat di atas. Anda akan melihat mereka lalai terhadap akhirat, lalai terhadap kewajiban agama, lalai terhadap fitrah mereka yang mana mereka diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Mereka rela memeras otak dan tenaganya demi mendapatkan dunia dan perhiasannya, namun untuk agama terasa berat memerasnya. Yang lebih menyedihkan lagi adalah mereka mau mengerjakan kewajiban agama bila ujung-ujungnya mereka mendapatkan dunia –‘iyaadzan billah-, 

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan–Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (terjemah Huud: 15-16).Orang yang seperti ini kata Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ 

Celaka hamba dinar, hamba dirham dan hamba khamiishah (pakaian mewah), jika diberi ia senang, jika tidak ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah, kalau terkena duri semoga tidak tercabut.” (HR. Bukhari) 

Semua aktifitas mereka didasari karena dunia, mereka cinta kepada seseorang karena dunia meskipun orang yang dicintainya adalah orang kafir, bencipun karena dunia meskذipun orang yang dibencinya adalah orang mukmin, bertengkar karena dunia, bahkan karena dunia mereka tinggalkan perintah Rabb mereka… 

Lihat! Karena urusan dunia mereka rela meninggalkan shalat berjama’ah, karena pertandingan sepak bola mereka rela mengorbankan harta dan tenaga adapun untuk berinfak dan bersedekah berat rasanya, karena olahraga mereka rela meninggalkan shalat, karena pentas musik mereka rela bermaksiat, karena kenikmatan yang rendah inikah mereka rela meninggalkan perintah Rabb mereka yang telah mengaruniakan bermacam-macam nikmat?, Sampai kapankah kelalaian ini berakhir??? 

Untuk rapat ada waktu, untuk olahraga ada waktu, untuk bisnis ada waktu, untuk jalan-jalan ada waktu, untuk semuanya ada waktu namun untuk membaca Al Qur’an, menghadiri majlis ilmu syar’i, shalat berjama’ah, mengerjakan kewajiban agama dan mengerjakan amalan sunat ma’af “TIDAK ADA WAKTU”.Sampai kapan kelalaian ini berakhir??? 

Kita lihat di antara mereka amat pandai dan cerdas terhadap urusan dunia, namun tidak pandai menggunakan akalnya untuk mencari hal yang bermanfa’at buat akhiratnya,Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar Ruum: 7)Penyair mengatakan,يَا مُتْعِبَ الْجِسْمِ كَمْ تَسْعَى لِرَاحَتـِهِأَقْبِلْ عَلَى الرُّوْحِ وَاْستَكْمِلْ فَضَائِلَهَاأَتْعَبْتَ جِسْمَكَ فِيْمَا فِيْهِ خُسْــرَانٌفَأَنْتَ بِالرُّوْحِ لَا بِالْجِسْمِ إِنْسَــانٌHai kamu yang memeras tenaga, berapa banyak tenaga yang kamu keluarkan,Sudah, beralihlah memperbaiki rohani anda dan kejarlah keutamaan,Apakah kamu akan tetap terus memeras tenaga untuk hal yang ada kerugian di dalamnya,Karena kamu sebagai manusia karena ruh, bukan badan. 

Alangkah semangatnya mereka mengejar harta dan dunia, namun alangkah beratnya mereka melangkahkan kakinya memenuhi panggilan Tuhannya. Waktunya berlalu begitu saja tanpa faedah, bahkan penuh terisi dengan maksiat dan meninggalkan perintah, 

Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah.–Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, (Al Infithaar: 6-7) 

Ia mengira perbuatannya itu mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan, padahal sebenarnya mendatangkan kesengsaraan sadar atau tidak sadar, 

Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”(Thaha: 124) 

Kepada mereka ditujukan perkataan penyair yang bijak,نَهَارُكَ يَا مَغْرُوْرٌ سَهْوٌ وَغَفْـلَةٌوَشُغْلُكَ فِبْمَا سَوْفَ تَكْرَهُ غِبَّهُوَلَيْـلُكَ نَوْمٌ وَالرَّدَى لَكَ لاَزِمٌكَذَلِكَ فِي الدُّنْيَا تَعِيْشُ الْبَهَائِمُSiangmu hai orang yang lalai adalah lupa dan tak sadar.Sibukmu hanya untuk hal-hal yang kelak kamu akan menyesali akibatnya,Malammu tidur, sudah layak kerugian menimpamu,Seperti itulah binatang hidup di dunia. 

Dosa di matanya ibarat lalat menempel di hidung, ia lupa dan lalai kepada siapa sebenarnya ia berbuat maksiat. 

Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (Nuh: 13) 

Di pagi dan siang hari dosa-dosa dijalaninya dari mulai dosa kecil hingga dosa besar. Ghibah (gosip), namimah (adu domba), dusta, menuduh orang lain menjadi hal yang biasa. Khianat, mengambil harta orang lain tanpa kerelaannya, menyakiti tetangga, memutuskan tali silaturrahim, bermusuhan menjadi bagian hidupnya. Sombong, ‘ujub (bangga diri), hasad dan ghisy (menipu orang) menjadi akhlaknya. Mengumbar aurat bagi wanita dan memakai wewangian ketika keluar, mencukur habis janggut bagi laki-laki, memakai sutera dan perhiasan emas bagi laki-laki, memakai sarung atau celana isbal (melewati mata kaki) maupun lainnya sudah terbiasa. Dosa kecil dan besar dilaluinya seakan-akan tak pernah terlintas di hatinya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dosa kecil, 

 

إِيَّاكُمْ وَمُحَقِّرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّهُنَّ إِذَا يَجْتَمِعْنَ عَلىَ الرَّجُلِ حَتًَّى يُهْلِكَنَّهُ 

“Jauhilah dosa-dosa yang dianggap kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa itu bila berkumpul pada seorang hamba maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, Shahihul Jami’ 2687) 

juga tidak pernah didengarnya perkataan ulama,لاَصَغِيْرَةَ مَعَ اْلِاسْتِمْرَارِ وَلاََ كَبِيْرَةَ مَعَ اْلاِسْتِغْفَارِ“Tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar bila diiringi dengan istighfar. 

Dan tak pernah terlintas di hatinya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dosa besar bahwa ia (dosa besar) dapat membinasakan dunia-akhirat (muubiqaat) yang di antaranya, 

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ “Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saja itu ?” Beliau menjawab, “Syirk kepada Allah, melakukan sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh wanita mu’minah yang baik-baik yang sudah menikah berzina.” (HR. Bukhari) 

Ia tidak lagi sempat bertanya kepada dirinya “Apa akibat dari tindakannya itu?” “Apa yang akan terjadi setelah puas mengerjakan perbuatan itu?” 

Apakah mereka masih saja lalai terhadap kematian? Apakah mereka masih saja lalai terhadap hisab, apakah mereka masih saja lalai terhadap kubur? Apakah mereka masih saja lalai terhadap neraka dan apakah mereka masih saja lalai terhadap ‘adzab cepat atau lambat??? 

Relakah mereka menanggung ‘adzab yang pedih hanya karena ingin mendapatkan keseanangan yang sesaat???Sampai kapan kelalaian ini berakhir??? 

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka) (Al Hijr: 3). 

Yakni biarkan saja mereka menikmati hidupnya seperti halnya binatang, yang diurusnya hanya makan, minum dan kesenangan semata, kelak mereka akan mengetahui dan menyesali perbuatannya. 

Pernahkah terlintas di hatinya hakikat kehidupan di dunia ini dan pernahkah terlintas di benaknya tujuan ia diciptakan di dunia ini???أَمـَا وَاللهِ لَوْ عَلِمَ اْلأَنَامُ   # لِمـَا خُلِقُوْا لَمَا غَفَلُوْا وَنَامُوْالَقَدْ خُلِقُوْا لِمَا لَوْ أَبْصَرْتَهُ # مَمَاتٌ ثُمَّ قَـبْرٌثُمَّ حَشْـٌرعُيُوْنُ قُلُوْبِهِمْ تاَهُوْا وَهَامُوْا  # وَتَوْبِيْخٌ وَأَهْـوَالٌ عِظَـامٌDemi Allah, kalau sekiranya orang tahuUntuk apa mereka diciptakan, tentu mereka tidak lalai dan lelap tidurKamu akan lihat di depannyaMaut, kubur dan padang mahsyar,Mereka bingung tak tahu arah,
Ada ancaman dan peristiwa yang menegangkan.Sebelum menjauh pembicaraan ini mari menengok kepada diri sendiri, apakah kita termasuk orang-orang yang lalai itu atau tidak, jalan mana yang kita tempuh, apakah jalan yang menghubungkan kepada keridhaan Allah ataukah jalan yang menghubungkan kepada kemurkaan Allah, perhatikanlah baik-baik hal ini, karena masalahnya serius, bukan main-main, jangan biarkan dirimu terjatuh, bangkit dan perbaikilah sekarang, lihatlah apakah sikapmu selama ini sejalan dengan perintah Allah atau sejalan denagan larangan-Nya. 

Ketahuilah, agama ini tidak bisa dipisah-pisahkan, karena berpegang dengan sebagiannya dan meninggalkan yang lain masuk dalam kategori bermain-main dengan perintah Allah, dan ini tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim, bukankah Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, 

Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? (Al Baqarah: 85). 

Maka sudah selayaknya bagi seorang muslim antara di masjid dan di luar masjid tetap mempraktekkan ajaran Islam, bicaranya dibatasi dengan ajaran Islam dan sikapnyapun demikian, bicaranya tidak jauh dari kebaikan dan sikapnya tidak jauh dari nilai-nilai Islam. 

Anda bisa memulai hal ini dari sekarang, tidak ada kata “Sudah terlanjur basah”, ini adalah putus asa, dan putus asa adalah akhlak orang-orang kafir. 

Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.( Yusuf: 87) 

Inginkah anda surga yang di dalamnya penuh kenikmatan, tidak ada kematian, tidak ada masa tua, tidak ada sakit dan tidak ada lagi penderitaan? Inginkah anda berkumpul bersama orang-orang yang mendapatkani kebaikan (para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih)? Maka ta’atilah Allah dan Rasul-Nya, jauhilah segala larangan dan kerjakanlah perintah sesuai kemampuan, 

Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi,
Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (An Nisaa’: 69) 

Bandingkanlah dengan neraka yang di dalamnya penuh kesengsaraaan dan penderitaan, bila lapar diberi makan Zaqqum dan bila haus diberi nanah dan air mendidih, 

Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai–Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas–Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya–Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman–Selain air yang mendidih dan nanah–Sebagai pambalasan yang setimpal–Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab. (An Naba’: 21-28) 

Semoga dengan ini anda semakin cinta untuk memperbaiki diri.Tempuhlah jalan ini dan jangan ragu!Hati-hatilah anda jangan sampai tertipu oleh dunia, betapapun terasa lama menikmati dan hidup di dunia ini, namun anda tetap akan pergi meninggalkannya dan maut akan mendatangi anda. Berapa banyak orang yang sebelumnya mengira akan hidup lama, namun ternyata besoknya atau lusanya telah pergi hanya tinggal namanya, orang-orang membawanya ke liang kubur yang akan menjadi nikmat atau ‘adzab baginya.Sungguh sangat rugi dan rugilah dia, bila maut datang sedangkan dirinya belum sempat bertaubat, sungguh sangat rugi dan rugilah dia bila ada seruan bertaubat namun ia tidak mau menanggapi. 

Berpikirlah matang-matang, persiapkan amalan karena di depanmu ada maut bersama sekaratnya dan kubur bersama kegelapannya. 

Ingat, Rabbmu akan bertanya kepadamu tentang amalanmu besar maupun kecil,Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua—tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al Hujr: 92-93) 

Demi Allah, sungguh sangat tidak masuk akal bila ada seseaorang yang santai begitu saja, tidak beramal padahal di depannya ada peristiwa-peristiwa dahsyat, maut-kubur-kebangkitan dan pembalasan. 

Sungguh, saat-saat sekarang ini adalah kesempatan bagi anda untuk beramal dan nanti tidak ada lagi saat beramal,كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَاSemua manusia berusaha, usahanya itu ada yang menyelamatkan dirinya (dari ‘adzab) dan ada juga yang malah yang menceburkan diri ke dalamnya.” (HR. Muslim) 

Usaha yang menyelamatkan dirinya dari ‘adzab adalah iman dan amal shalih dan usaha yang menceburkan dirinya ke dalam’adzab adalah kufur dan kemaksiatan. 

Lihat ke kanan dan ke kiri, berapa banyak orang yang dijemput kematian tanpa membawa amalan, lihat ke kanan dan ke kiri berapa banyak orang yang dijemput kematian dalam keadaan berbuat maksiat, ini semua akibat menunda-nunda taubat, thuulul amal (panjang angan-angan) dan menyangka masih jauh kematian. 

Jangan sampai kamu seperti orang yang dijemput kematian baru menyadari akan kelalalaiannya, seraya mengatakan, 

“Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)–Agar aku berbuat amal yang saleh yang telah aku tinggalkan” (Al Mu’minuun: 99-100) 

akan tetapi, 

Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (Al Munaafiqun: 11) 

 

Abu Yahya Marwan Al Hadidi 

 

 

 

Maraaji’: Al Ghaflah Al Muhlikah (Maktab ta’aawuni’y lid da’wah wal irsyaad), Uriid an atuub wa laakin (Syaikh M. bin Shalih Al Munajjid) dll.

)* Kiriman dari seorang teman